*Retno..*


Senioritas itu realita, terjadi di seluruh indonesia bahkan mungkin mendunia. Tanpa senioritas di lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan organisasi mungkin akan terasa sangat biasa meskipun seharusnya Iri bukan jadi alasan utamanya ataukah ini hanya realita kesenjangan atas dasar persamaan rasa ??



Sebelum aku bercerita ada beberapa hal yang harus aku jelaskan, cerita ini merupakan pengalamanku sebagai seorang putri dari salah satu anggota TNI-AD berpangkat Kopral Kepala.
yaa... Bapakku dari kalangan Tamtama & Ibuku pun bekerja sebagai salah satu staf di Departemen Pertahanan. Begitu banyak yang ingin aku ceritakan disini,
Untuk cerita pertama, aku ingin menceritakan tentang Bapakku baik itu pekerjaannya, kegiatannya, serta keluh kesahnya.



  • Bapakku....

Teman.. yang harus kalian tahu, Bapakku bukan seorang Pengeluh pekerjaan apapun selalu beliau lakukan dengan ikhlas dan senang hati (Talk less do more.. itu prinsipnya). Beliau bukan seorang yang mau tinggal diam berpaku tangan pada sesuatu, beliau selalu terlihat sibuk entah itu bercocok tanam, bersih2 mushola depan rumah, memperbaiki pondasi rumah meskipun aku seorang anak perempuan terkadang aku jg ikut membantu, sampai2 beliau jg suka membuat berbagai resep masakan baru ala seorang chef...
itu yang membuat tidak henti2nya aku berfikir, begitu beruntungnya Ibuku memiliki seorang suami sekaligus seorang ayah yang sangat luar biasa untuk jd panutan anak2nya.

Dalam pekerjaannya, beliau selalu legowo.. Apalagi belasan tahun yang lalu, waktu berkas2 persyaratan ikut Sekolah Bintara (SEBA) punya beliau di buang oleh seniornya dengan alasan masih junior meskipun dalam berbagai test lain beliau menempati urutan terbaik pertama.

Teman... Bapakku sudah tidak muda lagi, Beliau sering mengeluh tentang pandangan matanya yang mulai tidak jeli lagi untuk mengerjakan tugas2 kantor seperti membuat laporan amunisi, kaporlap, pengajuan minyak P3, serta masih banyak lagi yang tidak bisa kusebutkan satu-persatu.   Bukankah beberapa pekerjaan yang kusebutkan itu biasa dipegang oleh BAWAT (Bintara Perawatan) ??
Kuakui Bapakku memang sangat cerdas dalam hal apapun dan selalu menjadi tempat berkeluh kesah beberapa komandannya, meskipun banyak yang memandang beliau sebelah mata hanya karena beliau dari basic Tamtama.

Pernah suatu ketika Bapakku bercerita, tentang kunjungan tim pada kegiatan pengawasan dan pemeriksaan (Wasrik) secara tiba-tiba. Bapakku yang pada waktu itu sedang sakit langsung di jemput komandannya untuk memberikan penjelasan berbagai laporan kegiatan pada tim.
sewaktu memasuki ruang rapat yang dihadiri berbagai petinggi Perwira, banyak para Perwira yang memandang Bapakku dengan pandangan aneh terutama para perwira muda.

Kenapa tidak??  karena, hanya Bapakkulah satu2nya seorang anggota yg hanya berpangkat Kopral ikut bersanding dalam rapat itu, sebuah rapat yg hanya dihadiri para petinggi yang berpangkat perwira.
bisa kalian rasakan bagaimana perasaan Bapakku??   rasanya ingin cepat-cepat pergi kabur dari tempat itu, tempat yg seolah2 berusaha menghakimi beliau dengan pandangan mata.


Sekarang kita lanjut ke cerita kedua tentang ibuku, kegiatannya serta keluh kesahnya sebagai seorang ibu, staf, serta anggota PERSIT.

  • Ibuku...

Teman..  Ibuku merupakan seorang yang cukup sibuk dengan kegiatan2nya baik sebagai ibu, seorang pekerja, sekaligus anggota organisasi para istri tentara meskipun beliau bukan seseorang yg mau pasang badan untuk  terlibat langsung dalam organisasi. yaa... mungkin karena sudah terlalu capek di kantor, mengurus pekerjaan rumah serta anak2nya.

Pernah pada suatu hari, tidak seperti biasanya beliau menelpon aku saat masih ngantor untuk menjemputnya dikantor bapak yang sedang ada kegiatan Persit.
Teman... sebagai anak dari anggota aku memang tidak terlalu akrab dengan kegiatan seperti itu, bukannya apa-apa tapi keakraban itu cukup aku rasakan sewaktu aku masih umur 8 tahun kebawah saja.
hmm... lama juga tidak melihat ibu2 persit nimbrung, dan aku memilih untuk menunggu ibuku di sebuah kantin yg sedang tutup tidak jauh dari ruangan persit.


Mau tahu apa saja yang mereka lakukan??
karena tidak terlalu jauh dari posisi mereka, banyak hal yg aku tangkap dengan penglihatan maupun pendengaranku.

Sebut saja Ny.G istri dari seorang anggota berpangkat PELDA, si Ny.G bersikap begitu arogannya perintah sana perintah sini, tanpa memperdulikan siapa saja yang ada di ruangan itu, padahal sang IBU KOMANDAN pun ga bersikap seperti itu bahkan cenderung berdiam diri saja. tidak terlihat jelas yang mana junior dan yang mana senior, karena banyak oknum ibu2 yang berusia masih sangat muda belia bahkan ada yang 5 tahun lebih muda dari penulis.. (hahahaa... aku betul2 penulis yang sangat tahu diri, kalau sudah tidak muda lagi yaa ) secara personal mereka cenderung bersikap arogan seolah tidak pernah diajarkan etika sopan santun.


hmm... betul2 sangat memprihatinkan, atittudenya yang tidak berprilaku santun kepada seseorang yang tidak dikenal secara baik dengan alasan 'Bukan atasan langsung..', 'Bukan orangtua atau keluarga saya..', 'Pangkat suaminya kan lebih rendah dari pangkat suami saya...' (mulai nih... bawa2 pangkat suami, padahal apalah arti sebuah pangkat duniawi. toh.. kalau meninggal titlenya sudah pasti jadi Alm./Almh kan??)

   "wah.. benar2, ini orang gayanya sudah kyk istri kolonel aja !!" pikirku
Perasaan Ny.G ini termasuk junior ibuku, tp selalu bersikap sok 'aku' senior.
Apakah Senior bisa dinilai dari kepangkatan suami??

setahuku dalam organisasi manapun, yang bisa disebut Senior secara sederhana adalah seseorang yang lebih dahulu bergabung dalam organisasi. How do you think ??.....


Ternyata Krisis dalam kehidupan sosial tidak hanya di alami oleh para istri2 perwira di kalangan Cabang atau Koorcab, seperti postingan blog milik ibu 'Offi Kiswanto' dalam Crisis in Cultural Social Life  karena dalam lingkungan kecilpun hal itu bisa saja terjadi.
secara pribadi penulis juga sudah melihat semakin banyaknya istri2 yang melebihi pangkat suaminya (lebih akrab dengan julukan :  Istri mayor, Suami kapten... heheheheee ) bagaimana sombongnya mereka sewaktu mendapat jabatan di organisasi bahkan memberikan untuk senyum pada tetangga pun tidak pernah.

Dilain sudut, aku perhatikan beberapa oknum ibu2 para istri tamtama dan bintara sedang sibuk memperlihatkan style rambut curly ala artis2 sinetron serta barang2 branded yang dimilikinya mulai dari tas,sepatu, bahkan sebagian besar dari mereka sudah seperti toko emas berjalan dengan kalung, gelang, anting, gelang kaki yang beratnya mungkin berkilo2.
Huuufftt............apa ga berat coba?? untung aja ga ada yg dirampok..


Perasaan para ibu2 persit zaman dahulu tidak ada yang berani seperti itu, bahkan hampir semuanya tampil sederhana dengan hanya memakai anting mutiara, jam tangan tali hitam & tatanan rambut cepol.
untuk menghindari adanya kesenjangan sosial dari para ibu2 anggota yang mungkin suaminya tidak punya usaha lain diluar pekerjaan untuk menyenangkan para istri seperti ibu2 yang memang punya basic anak2 dari salah seorang pembesar yg cukup berada.


Nah... sekarang dimana ibuku??   Ternyata beliau ada di gardu piketan, sambil bersenda gurau dengan bapakku yang kebetulan sedang turun piket. yaa... ibuku memang sangat bersahaja, tapi beliau tetap terlihat cantik meskipun tanpa perhiasan mahal karena beliau berhias akhlak & attitude yang mulia.







Regard's...

0 Responses

Posting Komentar

Any Opinions ??
Please.. Share With Me. :)